21.7.09

MENGAPA TUHAN MENCIPTAKAN SETAN?

Mengapa TUHAN menciptakan Setan?


Tanya :

Pak Pendeta, Tuhan kan mahatahu dan mahakuasa, tetapi mengapa DIA menciptakan setan dan dibuang ke Bumi untuk mengganggu orang percaya? Orang percaya yang sudah meninggal, apakah rohnya langsung terangkat ke surga, ataukah ditempatkan di suatu tempat seperti Lazarus, yang kemudian pada hari penghakiman baru dipisahkan? Kalau ada suami-istri, salah satunya dari mereka meninggal (yang tidak percaya), bagaimana kita mendoakannya?

Rachel
Bintaro



Jawab :
RACHEL yang dikasihi Tuhan, bebicara tentang mati dan dunia orang mati memang penuh misteri, apalagi tentang se-tan, khususnya bagi kita yang ada di dunia timur. Mari kita mulai de-ngan pertanyaan yang pertama. Tuhan mahatahu dan mahakuasa, itu benar dan pasti. Namun me-ngapa Tuhan menciptakan setan dan membuangnya ke Bumi, itu tidak benar. Ingat Tuhan itu suci, jadi DIA tidak menciptakan dosa, tidak menciptakan setan bapak segala dosa.

Kisah tentang asal-usul setan hanya sekilas di dalam Alkitab, yang banyak adalah karyanya dalam menggoda dan merusak manusia. Setan pada mulanya adalah malai-kat yang sempurna sama dengan yang lainnya. Namun, malaikat yang digambarkan sebagai bintang timur itu (Yesaya 14:12-15) ingin men-jadi sama dengan Allah. Keinginan inilah yang membuat setan diusir dari hadapan Allah, dan dibuang ke dunia orang mati (gambaran keja-tuhan). Setan ini pula yang kemu-dian menggoda Hawa agar melang-gar perintah Allah, yaitu agar me-makan buah yang dilarang oleh Allah. Tawaran dalam godaannya sama dengan keinginan dirinya, yaitu bahwa manusia akan menjadi sama dengan Allah. Setan yang disebut juga sebagai bapak segala dusta, selalu berusaha menggoda sebanyak mungkin manusia agar tidak percaya atau memberontak kepada Allah.

Jadi, sekali lagi, Allah tidak pernah menciptakan dosa, tidak mencipta-kan setan, sama seperti tidak men-ciptakan manusia yang berdosa. Allah menciptakan manusia sem-purna, segambar dan serupa de-ngan Allah, tetapi manusia tergoda oleh setan dan melawan perintah Allah. Manusia menjadi berdosa karena dirinya sendiri, demikian juga setan. Setan ada di Bumi bukan untuk merepotkan orang percaya. Justru sebaliknya, sangat lucu sekali kenapa manusia mau mendengar suara setan—seperti yang dilakukan oleh Hawa di taman eden—bukan suara Allah. Dan juga penting, Rachel yang dikasihi Allah, jangan lupa setelah manusia jatuh ke dalam dosa maka dia binasa, namun jika manusia percaya kepada Yesus Kristus dosanya akan diampuni dan mereka yang per-caya dijadikan anak-anak Allah (Yohanes 1:12). Dan, yang hebat-nya anak-anak Allah dilindungi oleh Roh Kudus, dan bahwa setiap orang percaya lebih besar dari apa pun di dunia ini, termasuk menang atas setan (1 Yohanes 4: 4).

Jadi ya, kita tidak perlu repot-repot amat terhadap setan, kan? Tetapi dengan jujur harus kita akui bahwa kita sebagai orang percaya adalah umat yang seringkali tidak taat sepenuhnya kepada keteta-pan hukum Allah. Nah, di waktu tidak taat itulah setan menang atas orang percaya. Jadi, soal setan bisa ngerepotin atau tidak, itu sangat tergantung pada hubungan kita dengan Allah, bukan setan.

Soal apakah orang percaya yang mati langsung ke surga, indikasinya lebih kental. Lihat saja ucapan Yesus pada penyamun yang per-caya di kayu salib. Tuhan berkata: “Saat ini engkau ada bersama dengan Aku di Firdaus” (Lukas 23: 43). Ada yang berkata bahwa Fir-daus itu “ruang tunggu” di surga, padahal si penyamun yang percaya itu jelas ada bersama Yesus. Apakah Yesus juga ada di ruang tunggu?

Soal ruang antara ini, atau yang biasa disebut intermediate state, memang ada beberapa pendapat. Tapi mari kita sederhanakan, yaitu bahwa manusia ketika mati maka dia lepas dari ruang dan waktu. Manusia ketika berada di luar ruang dan waktu maka realitanya tentu saja berbeda dengan kita yang berada di dalam ruang dan waktu. Jadi, soal konsep ruang tunggu di surga tidak terlalu jelas, dan juga tidak terlalu amat sangat penting (itu sebab Alkitab tidak banyak membicarakannya). Karena yang terpenting soal surga adalah, barang siapa yang mati di dalam iman kepada Yesus Kristus, maka dia berada di tempat yang telah disediakan oleh Tuhan Yesus, yaitu di surga mulia (Yohanes 14:1-3). Surga adalah tempat persekutuan kekal orang percaya dan Yesus kepala gereja yang sejati. Pengha-kiman terakhir jelas ada, tapi bukan lagi untuk menentukan hal masuk surga atau tidak, melainkan penje-lasan yang tidak terbantah me-ngapa seseorang masuk atau tidak.

Sementara kisah Lazarus harus dipahami kebenarannya, yaitu orang percaya dan tidak, akan terpisah dan tidak terhubungkan. Jadi bukan soal berbicara, menye-berang, atau memberi air, dan lain sebagainya, karena semua itu adalah piguratif. Jadi kisah Lazarus dan orang kaya tidak menggambar-kan kuantitas situasi tempatnya tapi kualitas hakekat keter-pisahannya.
Dan yang terakhir, soal suami istri, di mana pasangannya meninggal dalam keadaan tidak percaya ke-pada Tuhan Yesus, lalu bagaimana pasangan yang hidup mendoakan-nya? Adalah sangat terlambat keinginan mendoakan orang yang sudah meninggal, karena tidak ada lagi hubungan antara yang hidup dan yang mati. Jika ingin berdoa, maka doakanlah setiap kerabat yang belum percaya selagi hidup, agar mereka bisa percaya. Berita-kan Injil dan jadikan diri kita sebagai saksi Injil yang hidup.

Dalam kisah Lazarus dengan jelas Abraham berkata, “Tidak ada hubungan antara neraka dan surga, begitu juga orang hidup dan orang mati”. Mau percaya atau tidak adalah soal ketika masih hidup di dunia ini. Di sini, di dunia ini kita memiliki Alkitab yang leng-kap, baik Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru, bacalah selagi hidup. Di dunia ini ada gereja tem-pat orang percaya bersekutu dan bertumbuh dalam kebenaran, ikutilah. Mari kita doakan yang ma-sih hidup, bukan yang sudah mati, dan ajak mereka beribadah, dan semoga kita tidak terlambat (mereka mati sebelum percaya).

No comments:

Post a Comment