Jika Allah Maha Kasih, Mengapa Ada Neraka?
Tanya:
Bapak Pengasuh yang baik, saya ingin bertanya: 1. Kalau memang Allah mahakasih, mengapa harus ada neraka? Dan kalau Allah hadir, mengapa tidak semua orang selamat? 2. Menurut Bapak, siapa sebenarnya nenek moyang kejahatan itu? Kalau kita berdosa disebabkan oleh pribadi lain, bukankah penyebab pertama yang seharusnya bertanggung jawab terhadap dosa tersebut, bukan manusia.
Theo
-------------------------------------------------------------
Jawab :
Sdr. Theo yang kekasih, pertanyaan yang Anda ajukan bukan hanya satu, tetapi saya akan coba jawab sebagai satu kesatuan. Hal ini agar alurnya menjadi jelas dan diharapkan juga bisa menjelaskan berbagai kemungkinan pertanyaan lainnya yang mungkin masih tersisa.
Allah Mahakasih, itu sudah pasti dan sesuai dengan kesaksian Alkitab (I Yohanes 4:8, dan ayat lainnya). Dengan adanya neraka, apakah itu berarti Allah tidak mahakasih? Mari kita bandingkan dan pikirkan: Apakah adanya penjara sebagai bukti negara tidak memiliki kasih (baca: tanggung jawab)? Jika orangtua memukul anak, apakah itu berarti kebencian? Justru jika orangtua tidak memukul anaknya, atau tidak ada penjara bagi penjahat, artinya kasih tidak ada. Kasih mendidik dan bertanggung jawab. Harus diingat, kasih tanpa hukum adalah liar, dan hukum tanpa kasih adalah ilegalistik.
Jadi kasih tidak bisa berdiri sendiri tanpa hukum. Dan kasih tidak dapat dipahami tanpa hukum (jadi adanya neraka malah menolong kita memahami kasih Allah). Sementara neraka adalah buah karya orang berdosa yang tidak bertobat. Harus diingat, yang pertama kali berdosa adalah manusia, karena tidak menaati perintah Tuhan. Dalam konteks dosa, kewajiban Tuhan hanya satu yaitu menghukum manusia sesuai ketentuan yang ada. Jangan makan (buah di tengah Taman Eden), jika engkau makan maka engkau akan mati (Kej 2.17). Manusia (Adam dan Hawa) melanggarnya bersepakat dengan Iblis, yang berarti melawan perintah Allah. Neraka menanti hasil perbuatan manusia.
Jadi, neraka adalah buah karya manusia, bukan Allah. Semua manusia sudah seharusnya masuk neraka, tapi Allah malah menyelamatkan mereka yang percaya (kok mau ya?), Itulah kasih yang maha. Dengan demikian, bagaimana kita mengatakan bahwa Allah tidak mahakasih? Tidak semua manusia selamat, karena tidak semua percaya dan masuk dalam kasih karunia. (Ingat, dalam konteks ini Allah tidak berkewajiban menyelamatkan, sebaliknya menghukum). Itulah sebabnya Allah yang mahahadir, mahatahu, dan mahasuci itu disebut mahakasih karena menyelamatkan manusia yang seharusnya binasa. Nah, jatuhnya manusia ke dalam dosa disebabkan manusia sendiri yang mau mempercayai godaan iblis, dan mengabaikan perintah Allah.
Penyebab pertama yang mesti dihukum, itu sudah pasti. Iblis, bapak segala dosa, sejak awal sudah dihukum, diusir dari surga karena pemberontakannya sebagai malaikat Tuhan (sama seperti manusia yang ingin sama dengan Allah). Lalu iblis ini mencari pengikut dengan cara yang sama yaitu menggoda manusia untuk menjadi sama dengan Allah. Dan manusia mau dengan segenap hati, ya sudah selayaknya dihukum.
Contoh lain. Ada seorang pencuri profesional mengajak orang lain mencuri, lalu ditangkap polisi. Apakah orang yang hanya ikut-ikutan ini akan dibebaskan? Tentu tidak bukan? Karena dia melakukannya dengan kesadaran penuh. Jangankan melakukan pencurian, menyembunyikan penjahat yang buron saja sudah merupakan kejahatan. Jadi sesungguhnya tidak ada masalah dengan adanya neraka, malah sangat perlu, karena kita jadi tahu betapa Allah mengasihi kita sehingga kita bebas dari neraka. Kalau tidak ada neraka, bagaimana kita tahu Allah itu mahakasih?
Sebagai manusia berdosa yang dengan kesadaran penuh ikut berbuat dosa, dengan tidak mempercayai Allah sudah selayaknya kita masuk neraka. Tetapi kita diselamatkan-NYA. Mari, dengan jujur kita melihat kehidupan kita setiap hari, apakah ada hari tanpa dosa (iri hati, tidak puas, benci, dan lain-lain)? Kalau Allah tidak mahahadir dalam kehidupan kita, kalau Allah tidak memelihara kita, kalau Allah tidak mengampuni kita, kalau dan kalau lainnya, akan jadi apa kita ini?
Nah, Sdr. Theo, kita patut bersyukur karena mengenal dan dikasihi Allah yang mahakasih itu. Sekarang adalah tugas kita mengingatkan sebanyak mungkin orang agar percaya kepada Yesus Kristus juruselamat dunia penebus dosa, agar mereka tidak masuk neraka. Bukankah kita tidak suka dengan neraka? Maka jangan biarkan orang lain masuk ke sana. Syalom.
Bapak Pengasuh yang baik, saya ingin bertanya: 1. Kalau memang Allah mahakasih, mengapa harus ada neraka? Dan kalau Allah hadir, mengapa tidak semua orang selamat? 2. Menurut Bapak, siapa sebenarnya nenek moyang kejahatan itu? Kalau kita berdosa disebabkan oleh pribadi lain, bukankah penyebab pertama yang seharusnya bertanggung jawab terhadap dosa tersebut, bukan manusia.
Theo
-------------------------------------------------------------
Jawab :
Sdr. Theo yang kekasih, pertanyaan yang Anda ajukan bukan hanya satu, tetapi saya akan coba jawab sebagai satu kesatuan. Hal ini agar alurnya menjadi jelas dan diharapkan juga bisa menjelaskan berbagai kemungkinan pertanyaan lainnya yang mungkin masih tersisa.
Allah Mahakasih, itu sudah pasti dan sesuai dengan kesaksian Alkitab (I Yohanes 4:8, dan ayat lainnya). Dengan adanya neraka, apakah itu berarti Allah tidak mahakasih? Mari kita bandingkan dan pikirkan: Apakah adanya penjara sebagai bukti negara tidak memiliki kasih (baca: tanggung jawab)? Jika orangtua memukul anak, apakah itu berarti kebencian? Justru jika orangtua tidak memukul anaknya, atau tidak ada penjara bagi penjahat, artinya kasih tidak ada. Kasih mendidik dan bertanggung jawab. Harus diingat, kasih tanpa hukum adalah liar, dan hukum tanpa kasih adalah ilegalistik.
Jadi kasih tidak bisa berdiri sendiri tanpa hukum. Dan kasih tidak dapat dipahami tanpa hukum (jadi adanya neraka malah menolong kita memahami kasih Allah). Sementara neraka adalah buah karya orang berdosa yang tidak bertobat. Harus diingat, yang pertama kali berdosa adalah manusia, karena tidak menaati perintah Tuhan. Dalam konteks dosa, kewajiban Tuhan hanya satu yaitu menghukum manusia sesuai ketentuan yang ada. Jangan makan (buah di tengah Taman Eden), jika engkau makan maka engkau akan mati (Kej 2.17). Manusia (Adam dan Hawa) melanggarnya bersepakat dengan Iblis, yang berarti melawan perintah Allah. Neraka menanti hasil perbuatan manusia.
Jadi, neraka adalah buah karya manusia, bukan Allah. Semua manusia sudah seharusnya masuk neraka, tapi Allah malah menyelamatkan mereka yang percaya (kok mau ya?), Itulah kasih yang maha. Dengan demikian, bagaimana kita mengatakan bahwa Allah tidak mahakasih? Tidak semua manusia selamat, karena tidak semua percaya dan masuk dalam kasih karunia. (Ingat, dalam konteks ini Allah tidak berkewajiban menyelamatkan, sebaliknya menghukum). Itulah sebabnya Allah yang mahahadir, mahatahu, dan mahasuci itu disebut mahakasih karena menyelamatkan manusia yang seharusnya binasa. Nah, jatuhnya manusia ke dalam dosa disebabkan manusia sendiri yang mau mempercayai godaan iblis, dan mengabaikan perintah Allah.
Penyebab pertama yang mesti dihukum, itu sudah pasti. Iblis, bapak segala dosa, sejak awal sudah dihukum, diusir dari surga karena pemberontakannya sebagai malaikat Tuhan (sama seperti manusia yang ingin sama dengan Allah). Lalu iblis ini mencari pengikut dengan cara yang sama yaitu menggoda manusia untuk menjadi sama dengan Allah. Dan manusia mau dengan segenap hati, ya sudah selayaknya dihukum.
Contoh lain. Ada seorang pencuri profesional mengajak orang lain mencuri, lalu ditangkap polisi. Apakah orang yang hanya ikut-ikutan ini akan dibebaskan? Tentu tidak bukan? Karena dia melakukannya dengan kesadaran penuh. Jangankan melakukan pencurian, menyembunyikan penjahat yang buron saja sudah merupakan kejahatan. Jadi sesungguhnya tidak ada masalah dengan adanya neraka, malah sangat perlu, karena kita jadi tahu betapa Allah mengasihi kita sehingga kita bebas dari neraka. Kalau tidak ada neraka, bagaimana kita tahu Allah itu mahakasih?
Sebagai manusia berdosa yang dengan kesadaran penuh ikut berbuat dosa, dengan tidak mempercayai Allah sudah selayaknya kita masuk neraka. Tetapi kita diselamatkan-NYA. Mari, dengan jujur kita melihat kehidupan kita setiap hari, apakah ada hari tanpa dosa (iri hati, tidak puas, benci, dan lain-lain)? Kalau Allah tidak mahahadir dalam kehidupan kita, kalau Allah tidak memelihara kita, kalau Allah tidak mengampuni kita, kalau dan kalau lainnya, akan jadi apa kita ini?
Nah, Sdr. Theo, kita patut bersyukur karena mengenal dan dikasihi Allah yang mahakasih itu. Sekarang adalah tugas kita mengingatkan sebanyak mungkin orang agar percaya kepada Yesus Kristus juruselamat dunia penebus dosa, agar mereka tidak masuk neraka. Bukankah kita tidak suka dengan neraka? Maka jangan biarkan orang lain masuk ke sana. Syalom.
No comments:
Post a Comment