1.6.09

KEMURAHAN HATI

Orang Yang Murah Hati

Pendahuluan.
Baca Lukas 10: 25- 37 !

Hari ini kita akan melihat sebuah perumpamaan, mengenai ‘orang (Samaria) yang murah hati,’ atau the parable of the unexpected neighbor. Dalam perumpamaan ini terdapat ‘the element of surprise’, karena jawaban Tuhan Yesus terhadap pertanyaan ahli Taurat tersebut, tidak seperti yang di harapkannya.

Ada beberapa perumpamaan yang diceriterakan oleh Tuhan Yesus terdapat the ‘element of surprise’:
Perumpamaan tentang anak yang hilang (Lukas 15)
Perumpamaan tentang orang-orang upahan di kebun anggur (Matius 19)
Perumpamaan tentang orang Farisi dengan pemungut cukai (Lukas 18)

Point utama dari perumpamaan ini terdapat pada ayat 29, ‘Tetapi untuk membenarkan dirinya ahli Taurat itu berkata kepada Yesus: “Dan siapakah sesamaku manusia?” ‘
Bertolak dari pertanyaan ini timbullah tanya- jawab diantara seorang ahli Taurat dan Yesus.

“Tetapi untuk membenarkan dirinya ahli Taurat itu berkata kepada Yesus…..”.
Ahli Taurat ini mencoba untuk membenarkan dirinya atau dengan kata lain, ia mencoba untuk menutupi rasa malunya dihadapan semua orang, karena Yesus telah memberikan jawaban yang sangat sederhana untuk menjawab pertanyaannya tersebut.
Sebagai seorang ahli Taurat, sudah seharusnya ia tahu jawaban dari pertanyaannya itu. Oleh karena ia merasa malu dan tidak puas dengan jawaban yang diberikan oleh Yesus, maka ia bertanya, “Dan siapakah sesamaku manusia”?

Dalam Perjanjian Lama, Tuhan mengatakan sbb. “Janganlah engkau menuntut balas, dan janganlah menaruh dendam terhadap orang-orang sebangsamu, melainkan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Akulah Tuhan” (Imamat 19: 18).

Lalu Yesus memberikan jawaban melalui sebuah ilustrasi/ perumpamaan.
Baca Lukas 30-35!

Ada seorang melakukan suatu perjalanan dari Yerusalem ke Yerikho. Jarak dari Yerusalem ke Yerikho 17-miles. Perjalanan dari Yerusalem ke Yerikho dikenal sebagai The Way of Blood, karena dalam perjalanan tersebut sering terjadi perampokan dan pada umumnya si korban ditinggalkan dalam keadaan luka-luka parah.

Dalam kejadian ini, Yesus mengatakan, orang yang jatuh ketangan penyamun ini bertemu dengan tiga tipe orang:

1) Perampok
Tipe orang yang mempunyai motto, “Yours is mine.” Orang yang melakukan perjalanan ini bukan saja di rampok melainkan juga dipukul hingga luka parah.

2) Imam dan orang Lewi
Tipe orang yang mempunyai motto, “Yours is yours, mine is mine.”
Para Imam dan orang Lewi itu melayani di Bait Allah, di Yerusalem. Pada biasaan, sewaktu mereka diluar tugas (day off), mereka pergi ke luar kota. Ketika mereka melalui jalan yang sama dan melihat orang yang jatuh ketangan penyamun tersebut dalam keadaan luka parah, mereka melewati seberang jalan (tidak memperdulikan sama sekali). Tentunya dua alasan kenapa Imam dan orang Lewi tersebut melakukan hal ini, yakni:

a) Mereka takut kalau mereka pun akan di rampok. Karena pada umumnya, perampok-perampok tersebut bersembunyi di sekitar tempat kejadian.

b) Mereka takut kalau tercemar. Menurut hukum Taurat, para Imam dan orang Lewi tidak boleh menyentuh orang mati.

3) Orang Samaria
Tipe orang yang mempunyai motto,”Mine is yours.”

Untuk seorang Samaria menolong orang Yahudi, itu hal yang sangat extra-ordinary/tidak umum.

Ada tiga resiko yang diambil orang Samaria tersebut:

a)  Bisa saja orang Samaria tersebut dituduh sebagai pelakunya.
Orang Yahudi sama sekali tidak bergaul dengan Samaria. Orang Yahudi sangat meremehkan orang Samaria. Mereka mempunyai prasangka yang buruk dan rasis terhadap orang Samaria. Seperti orang Palestina dengan orang Israel di Timur Tengah, suku Tamil dengan Singhale (penduduk asli Sri Langka) di Sri Langka. 

b) Orang Samaria tersebut dapat mengalami hal yang sama seperti orang yang jatuh ketangan penyamun itu.

c) Orang Samaria tersebut harus mengeluarkan biaya untuk merawat orang yang jatuh ketangan penyamun itu.

Jadi, bagi orang Samaria tersebut untuk menolong orang yang jatuh ketangan penyamun itu merupakan resiko yang cukup besar!

Lalu diakhir ilustrasi ini,Yesus bertanya kembali kepada ahli Taurat ini :”Siapakah di antara ketiga orang ini, menurut pendapatmu, adalah sesama manusia dari orang yang jatuh ketangan penyamun itu?” . Nah, jawaban dari ahli Taurat ini, “Orang yang telah menunjukkan belas kasihan kepadanya”.
Jadi, apa point dari perumpamaan ini? Dan bagaimana aplikasinya?

Untuk kita dapat mengerti perumpamaan ini, maka kita harus kembali kepada pertanyaan ahli Taurat tersebut, “Dan siapakah sesamaku manusia?” (Who is my neighbor?). Bertolak dari Imamat 19: 18, si ahli Taurat berharap Tuhan Yesus memberi jawaban yang sepandang dengan dia, “Sesama orang-orang Yahudi!” Tetapi, kenyataannya adalah ‘orang Samaria.’

Suatu kali ketika terjadi rasis antara orang Chinese dan Melayu asli di Malaysia, banyak orang –orang Chinese yang tidak mendapatkan kesempatan untuk kuliah di beberapa top Universitas di Malaysia. Akhirnya, orang-orang Chinese menyekolahkan anak-anak mereka ke England. Dan setelah selesai kuliah di sana, mereka memutuskan untuk tidak kembali lagi ke Malaysia, melainkan menetap di England.

Suatu kali, Michael Griffiths (Overseas Missionary Fellowship) di undang untuk berbicara di antara para sarjana Chinese- Malay. Dia mencoba untuk menjelaskan kepada mereka perumpamaan Yesus dalam Lukas 10 ini.
Suatu kali seorang Chinese businessman yang kaya –raya, dengan Mercedes-nya sedang dalam perjalanan dengan sopirnya menuju ke Subang Airport di Genting Highlands untuk bermain judi, seperti yang dilakukannya sebagai rutinitas.
Di tengah perjalanan tiba-tiba sekelompok Chinese gangs memberhentikan mobil mereka, lalu sopirnya ditembak, dan Chinese businessman ini ditarik keluar dari Mercedesnya, di pukulin sambil ditelanjangi. Gangs ini mengambil seluruh apa yang ada didalam mobil termasuk uang, jam tangan Rolex emas dan credit-cards dari Konglomerat tersebut. Gangs ini kemudian, mengempeskan ke -empat ban Mercedes, dan memecahkan seluruh kaca mobil lalu meninggalkan Konglomerat ini dalam keadaan telanjang dan luka parah.

Tidak lama kemudian, lewat sebuah mobil Mercedes yang kebetulan didalamnya seorang Chinese businessman bersama dengan sopirnya. Ketika Chinese businessman ini melihat kejadian tersebut, ia menyuruh sopirnya untuk berjalan pelan-pelan. Setiba ditempat kejadian tersebut, Chinese businessman ini melihat orang yang penuh darah dimukanya, memohon pertolongan. Lalu Chinese businessman ini memerintahkan sopirnya untuk segera pergi dari situ, takut kalau itu merupakan suatu jebakan.

Tidak lama kemudian, serombongan tourist dari Singapore melewati tempat kejadian tersebut. Ketika mereka melihat kejadian tersebut, mereka berpikir untuk melaporkan ke polisi setempat. Tetapi beberapa diantara mereka ada yang mengatakan supaya tidak mencampuri kejadian ini. Lalu mereka melanjutkan perjalanan mereka ke Awana Country Club untuk bermain golf.

Menjelang hari gelap, seorang tukang sate yang sedang dalam perjalanan kembali kerumahnya dengan sepedanya, melewati tepat kejadian tersebut. Lalu si tukang sate ini berhenti dan mendudukkan Komlomerat yang setengah mati tersebut di sepedanya, dan mendorong sepedanya dari samping, kemudian membawa kerumah temannya yang kebetulan tidak jauh dari tempat kejadian tersebut. Setelah sampai di rumah temannya, mereka berusaha membersihkan luka-luka dan membalutnya serta memberikan makanan dan minuman. Malam itu, Komlomerat tersebut menginap dirumah teman dari tukang sate ini.

Sekarang pertanyaan kita dalam kejadian dengan Chinese Konglomerat ini, ‘who was a neighbor to the Chinese businessman?’ Apakah Chinese businessman yang kedua? Tidak! Apakah serombongan tourists dari Singapore? Tidak! Apakah si tukang sate? Ya!. Bye the way, tukang sate ini seorang Malay.

Sebenarnya pertanyaan ahli Taurat ini salah! Karena atas dasar jawaban yang Tuhan Yesus berikan, pertanyaannya seharusnya bukan, “Siapakah sesamaku manusia” ,Who is my neighbor?”, melainkan, “To whom can I be a neighbor to?” (Kepada siapa saya menjadi sesama?).

Perbedaan dari kedua pertanyaan, sbb.

Who is my neighbor (siapakah sesamaku manusia?), kalimat ini mengandung unsur pilihan, artinya kita dapat memilih siapa yang menjadi sesama manusia bagi kita. Demikian dalam hal pasangan, who is my future partner? Kita dalam posisi memilih.

To whom can I be a neighbor to (kepada siapa saya menjadi sesama?) kalimat ini tidak mengandung unsur pilihan, artinya kita dalam posisi tidak dapat memilih siapa yang menjadi sesama manusia bagi kita.

Sesamaku manusia (who is a neighbor) bukanlah seseorang yang membutuhkan pertolongan. Tetapi sesamaku manusia adalah orang yang dalam posisi menolong orang yang sedang dalam kebutuhan. Jadi, bukan orang yang telah jatuh ketangan penyamun, tetapi orang yang telah memberi pertolongan, yaitu orang Samaria.

Dengan kata lain, point dari perumpamaan ini sebenarnya, kita tidak berpikir bahwa orang lain merupakan sesamaku manusia (we not think of others as neighbors), melainkan, kita harus berpikir mulai dari diri kita sebagai sesama manusia terhadap orang lain (we should first think of ourselves as neighbors to them).

Jadi, Tuhan Yesus membuat points yang jelas dalam perumpamaan ini:
Jangan mencari sesama yang baik atau yang tepat untuk dikasihi, melainkan, menjadi sesama bagi semua orang yang membutuhkan (It is not looking for the right neighbor to love, but being the right neighbor to anyone in need). Sesamaku manusia (who is a neighbor) bukanlah seseorang yang membutuhkan pertolongan. Tetapi sesamaku manusia adalah orang yang dalam posisi menolong semua orang yang membutuhkan.

Kita tidak berpikir bahwa orang lain merupakan sesamaku manusia (we not think of others as neighbors), melainkan, kita harus berpikir mulai dari diri kita sebagai sesama manusia terhadap orang lain (we should first think of ourselves as neighbors to them).

Contoh:
Pada abad ke 19, ketika penginjil besar Amerika, D.L. Moody dalam perjalanannya ke England, tiba-tiba terjadi kebakaran dari sebuah kamar dalam kapal mereka. Lalu assiociate-nya berkata kepada D.L. Moody, “Apakah kita harus memberi alasan dan dan kemudian kita pergi untuk berdoa kesuatu tempat?” “Tidak!” Jawab D.L. Moody. Ia lanjutkan, “Kita harus membawa air di dalam sebuah ember dan pada waktu yang sama kita berdoa.”


KONKLUSI :
Apa yang kita pelajari dari perumpamaan ini?

I. Mengasihi sesama berarti memberi pertolongan kepada mereka yang membutuhkannya pada waktu itu

Gampang untuk mengasihi orang yang baik, dan orang yang satu marga, atau orang dalam satu suku. Tetapi bagaimana dengan mereka yang tidak sebangsa atau rasis terhadap kita ?

Kita harus bisa membedakan antara kebutuhan dengan perselisihan pandangan atau kesalahan paham.


II. Mengasihi sesama berarti berani mengambil resiko

Gampang untuk mengasihi atau menolong orang yang tahu diri, tetapi bagaimana yang tidak tahu diri? Dalam pelayanan kita dapat melihat beberapa tipe manusia:

Bagaimana kita dapat menolong orang yang membutuhkan pertolongan tetapi orang tersebut tidak mengakui hal itu (orang yang sombong)

Bagaimana kita dapat menolong orang yang selalu mengambil keuntungan atau menyalah gunakan bantuan kita (who abuses your help)

Bagaimana kita dapat menolong orang yang pernah mencelakakan, meremehkan, atau menfitnah kita?

Bagaimana kita dapat menolong orang yang selalu demanding dengan kita?
Tentu kita membutuhkan pengalaman dalam hal ini.


III. Mengasihi sesama berarti melihat Yesus dalam kebutuhan orang lain

Suatu kali hiduplah seseorang yang mempunyai suatu kerinduan yang sangat untuk bertemu dengan Tuhan Yesus. Suatu malam, Tuhan Yesus datang di dalam mimpinya, dan dalam mimpi tersebut Tuhan Yesus berkata, “Aku akan datang kerumahmu besok hari.”

Ketika orang ini bangun pagi- pagi, maka dengan penuh semangat, ia membersihkan rumahnya dan setelah itu ia mandi, lalu ia mengenakan pakaian yang rapih, dan duduk di kursi ruang tamu sambil menunggu kedatangan Tuhan Yesus.

Tiba-tiba pintu diketok, dan dengan hati yang berdebar-debar ia berjalan menuju pintu dan membukanya. Setelah ia membuka pintu tersebut, ia menjadi kaget karena seorang peminta-minta yang berdiri di depan pintu sambil memohon sedekah kepadanya. Lalu ia mengusir peminta-minta tersebut sambil berkata kepadanya, “Aku sedang menantikan kedatangan orang yang terpenting saat ini.”

Ketika menjelang siang hari, tiba-tiba ia mendengar pintu diketok, dan dengan hati yang berdebar- debar serta dengan senyum yang lebar, ia membuka pintu. Kali ini di depan pintu berdiri seorang wanita yang penuh dengan luka-luka di mukanya. Wanita ini memohon pertolongannya, karena ia barusan berkelahi dengan suaminya, dimana suaminya memukulnya. Lalu ia mengusir wanita tersebut sambil berkata kepadanya, “Aku sedang menantikan kedatangan orang yang terpenting saat ini.”

Menjelang sore hari, ketika orang ini mulai tertidur dikursinya, tiba-tiba ia kaget dan terbangun ketika mendengar pintu diketok. Lalu ia berkata dalam hatinya, Kali ini pasti Tuhan Yesus. Dengan hati yang penuh keyakinan dan senyum yang lebar, ia membuka pintu. Kali ini di depan pintu berdiri seorang anak kecil yang sedang membawa kue dan menawarkan untuk membeli kue buatan orang tuanya. “Oom tolong beli kue buatan ibu saya karena kami sedang membutuhkan uang untuk membayar sewa rumah.” Lalu ia mengusir anak kecil tersebut sambil berkata kepadanya, “Aku sedang menantikan kedatangan orang yang terpenting saat ini.”

Akhirnya, orang ini menjadi jengkel karena tamu yang terpenting yang telah ditunggu-tunggunya tidak datang berkunjung kerumahnya. Malam itu, Tuhan Yesus datang kembali ke dalam mimpinya. Lalu orang ini bertanya kepada Tuhan Yesus, “Kenapa Engkau tidak menetapi janjiMu untuk datang berkunjung ke rumahku?”
Lalu Tuhan Yesus menjawab, “Aku telah datang tiga kali, tetapi engkau telah menolaknya.”

Matius, 25: 40, “Sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku.”

Kadangkala kita terlalu rohani, sehingga tidak memperhatikan kebutuhan yang lain disekitar kita. Dalam tulisan Jim Wallis, ‘Faith that works’, ia mengatakan, “Pertumbuhan rohani dan iman seseorang itu selalu disertai dalam tindakan menolong mereka yang membutuhkan pertolongan kita.”

No comments:

Post a Comment