24.2.09

TOKOH2 ALKITAB : PHILO

PHILO


Philo/ Filo, seorang ahli Yahudi Aleksandria terkemuka yang adalah teman sejaman Paulus. Di antara sekian tokoh bernama Philo pada zaman kuno, yang paling penting diketahui oleh penyelidik Alkitab ialah Philo. Ia dari keluarga Yahudi kaya dan berpengaruh di kota itu pada abad 1 Masehi. Aleksander, adiknya, adalah salah seorang terkaya pada zamannya, dan kemenakannya, Tiberius Aleksander, pernah menjadi Prokurator Yudea dan Mesir (prokurator, wakil penguasa Roma di Propinsi; prefektus, titel dari berbagai petugas atau penguasa sipil atau militer) sesudah murtad dari kepercayaan atau agama Yahudi. 

Hanya sedikit yang diketahui tentang kehidupan Philo. Tanggal lahirnya maupun meninggalnya tidak diketahui. Satu-satunya tanggal yang pasti pada masa hidupnya adalah keanggotaannya dalam kedutaan pada masa Gayus (Kaligula) tahun 39 sM. Dari sini ternyata dia sudah amat tua pada waktu itu, dan berdasarkan dugaan waktunya ± tahun 20 sM sampai tahun 45 M. Dari tulisan-tulisannya dapat disimpulkan bahwa sebagai pemimpin masyarakat Yahudi, kebanyakan dari usianya digunakannya untuk kewajiban pelayanan umum. Tapi bakat bawaannya adalah hidup berpikir mengejar filsafat, dan menurut pernyataannya, untuk itulah digunakannya masa mudanya (Concerning the Special Laws, 3.1), barangkali dalam semacam masyarakat khusus seperti para Therapeutae yang diuraikannya dalam Concerning the Contemplative Life. Walaupun dia terpaksa meninggalkan kesibukan ini untuk melaksanakan kewajiban-kewajibannya, ia beroleh kesempatan untuk menghasilkan rampaian tulisan tentang pokok-pokok filsafat dan teologi. 

Karya perdananya adalah mengenai pokok-pokok filsafat, hanya di situ tidak banyak nampak keaslian pikirannya, namun menyajikan sumber bahan yg berharga untuk penelitian filsafat Yunani yg kurang dikenal. Tapi kerja utamanya ialah menghasilkan uraian-uraian tentang Pentateukh; ia didorong oleh keinginan untuk membuktikan bahwa yang dicari-cari oleh filsafat dan agama dalam dunia non-Yahudi pada waktu itu, menemukan tujuannya yang sebenarnya dalam diri Allah Abraham.

Ada tiga karya besarnya yang masih tersisa, tapi tak satupun yang utuh atau dalam urutan yang teratur, dan beberapa bagiannya sudah sering diterbitkan sebagai tulisan tersendiri: 
The Allegory of the Laws (tafsiran tentang Kejadian); Questions and Answers on Genesis and Exodus (karya yang lebih pendek, sejenis dengan yang pertama); dan The Exposition of the Laws (uraian tentang sejarah dalam Pentateukh). Dengan memakai tafsiran alegori dapat ia simpulkan ajaran susila dan mistik dari semua bagian kitab-kitab ini.

Metode alegorinya diturunkan dari yg sudah pemah dikenakan kepada buku Homerus oleh para filsuf. Metodenya itu dapat diuraikan sbb: 

(i) 'secara kosmologi' (menurut istilahnya sendiri 'secara fisiologi'); di situ diamati alegori tentang kodrat ("φυσις - PHUSIS") dari sesuatu hal (umpamanya imam besar bersama pakaiannya dilihat sebagai lambang Logos dan alam semesta, Life of Moses, 2. 117 dst); dan 
(ii) 'secara susila'; di situ dilihat penunjuk kepada ilmu jiwa umat manusia dan pergumulan susila (misalnya tafsiran etimologi dari tokoh-tokoh seperti Ishak (= sukacita). Dasar untuk keduanya, kosmologi dan ilmu jiwa, ialah sistem Stoikisme, walaupun jelas bahwa mengenai beberapa perinciannya digali dari ajaran Pitagoras dan Plato, suatu ciri yang barangkali memantulkan aliran bersifat selektif pada zaman itu. 


Sumbangan Philo yang terbesar menurut para peneliti paling baru, ialah bahwa ia memakai filsafat dalam cara ini untuk memberi suatu dasar pikiran pertahanan bagi agama; sebenarnya dialah 'ahli teologi pertama', dan filsafat adalah penting baginya pertama-tama sebagai pembantu bagi teologi. Motivasi usahanya ini tidak dapat dilihat hanya dalam kegiatannya memberitakan agama Yahudi, yang umum terdapat pada orang Yahudi pada masa itu, tapi dalam pengalaman mistiknya tentang kenyataan Allah-nya, yang tentang itu ditulisnya secara menggugah hati dalam beberapa karyanya (umpamanya Special Laws). Yang menjadi pusat dalam pengertiannya, baik tentang alam semesta maupun tentang pengalaman agama ialah pikiran tentang λογος – "LOGOS" (kata, firman, kalam), suatu istilah yang berasal dari golongan Stoiki. Dalam pikiran Philo gagasan ini digabungkan dengan pikiran Plato tentang dunia yang bersifat sempurna dan menandai cara bagaimana Allah yg di luar alam itu menciptakan dan memelihara dunia ini, dan juga menyatakan diriNya kepada ciptaan-Nya. Musa dilukiskan sebagai contoh dari Logos, yang membimbing manusia kepada pengetahuan tentang Allah; Bapak-bapak leluhur sebagai teladan dari orang-orang yg membebaskan dirinya dari belenggu harta benda duniawi dan yg sudah dipersatukan dengan hikmat ilahi. 

Edisi karya-karya Philo yg paling baik ialah keenam jilid oleh L Cohn dan P Wendland, diterbitkan thn 1896-1914, dengan jilid ke-7 tentang Indeks (1926-1930) oleh H Leisegang. Beberapa karyanya yang hanya ada dalam bahasa Armenia, disusun oleh Mechitarist J.B Aucherian thn 1822 dan 1826; naskahnya berasal dari abad 5. Ada juga naskah Latin Kuno dari Philo, yang mempunyai suatu nilai dalam memperbaiki naskahnya. Terjemahan paling akhir dari semua karya Philo yang ada, baik Yunani maupun Armenia, ialah terjemahan yang ada di Loeb Classical Library, oleh EH Colson, G. H Whittaker dan R Marcus (10 jilid, ditambah 2 jilid pelengkap, 1929-1962). 

Tulisan-tulisan Philo seorang Yahudi yang bersifat Helenistis, yang paling baik tersimpan dan yang paling besar, karya Filo ini berharga dalam menerangkan alam pikiran PB. Beberapa kutipannya dari Pwejanjian Lama ada hubungannya dengan asal mulaSeptuaginya/ LXX (lihat P Katz, Philo's Bible, 1950). Paling sedikit dua tulisan dalam Perjanjian Baru tak dapat dimengerti sewajarnya tanpa mengingat pikiran dan metodenya. Surat kepada Ibrani perihal menata kemah suci dan tokoh Melkisedek menunjukan kemiripan dengan alegori Philo, sedang ajarannya mengenai Anak dalam beberapa cirinya ada hubungannya dengan ajaran Philo tentang λογος – "LOGOS" dalam Injil. Maka, Ada pendapat yang mengatakan bahwa tulisan Rasul Yohanes dalam Yohanes 1:1 ("pada mulanya adalah Firman (Logos)...") bukanlah wahyu dari Allah tetapi adalah teori filsafat dari Philo dari Aleksandria. Benarkah pendapat itu?

Philo adalah orang Yahudi yang menyibukkan diri dengan mempelajari hikmat yang terdapat di dalam dunia Yahudi dan Yunani. Tidak ada orang lain sezamannya yang mengetahui Kitab Tanakh seperti ia. Tidak ada pula orang Yahudi lain sezamannya yang pernah mengenal kebesaran alam pikiran Yunani seperti ia. Ia juga mengenal, memakai, dan menyenangi ide tentang 'logos', "firman" dan "pikiran" Allah tersebut.

Ia berpendapat bahwa 'logos' adalah hal yang tertua di dunia dan merupakan alat yang dipakai oleh Allah untuk menciptakan dunia. Ia mengatakan bahwa 'logos' adalah pikiran allah yang dimeteraikan ke atas alam semesta. Ia berbicara tentang 'logos' yang dipakai oleh Allah menciptakan dunia dan segala sesuatu. Ia mengatakan bahwa Allah, sang pengendali alam semesta, memegang 'logos' itu seperti seorang pembajak sawah dan dengan 'logos' itu Ia mengemudikan segala sesuatu. Ia juga mengatakan, bahwa pikiran manusia telah dimeteraikan dengan 'logos' dan bahwa 'logos' itu memberi manusia nalar, kemampuan untuk berpikir dan kemampuan untuk mengetahui sesuatu. Ia katakan, bahwa 'logos' adalah pengantara antara dunia dan Allah dan bahwa 'logos' adalah iman yang memperhadapkan jiwa kepada Allah.

Segala sesuatu tentang 'logos' diketahui dan dikenal oleh pikiran Yunani. Di dalam 'logos' itu pikiran Yunani melihat kekuatan Allah yang sedang mencipta, membimbing dan mengarahkan; kekuatan Allah yang menjadikan alam semesta dan membuatnya tetap berjalan terus.

Namun, Rasul Yohanes, penulis Injil, datang kepada orang Yunani dan mengatakan: "Selama berabad-abad kalian telah berpikir, menulis, dan bermimpi tentang 'logos', yaitu kekuatan yang telah menjadikan dunia, dan menjaga keteraturan dunia; kekuatan yang dipakai oleh manusia untuk berpikir, menalar dan mengetahui sesuatu; kekuatan yang dipakai manusia untuk berhubungan dengan Allah. Yesus Kristus adalah 'logos' tersebut, yang datang ke bumi, 'logos' itu telah menjadi daging." Dengan perkataan lain, "pikiran Allah telah menjadi seorang pribadi."

Kepada orang-orang Yahudi dan Yunani itu, Rasul Yohanes memberitahukan, bahwa pikiran Allah yang menopang, mengendalikan, memberikan terang dan menciptakan itu telah datang ke bumi di dalam Yesus Kristus. Ia memberitahu mereka, bahwa manusia tidak perlu lagi menduga dan meraba-raba; yang mereka perlu lakukan hanyalah melihat kepada Yesus Kristus, dan dengan demikian mereka melihat pikiran Allah.

Injil Yohanes tidak menyeupai alegori Philo, kecuali dalam kosmologi yang nyata pada pendahuluannya dan terjalin di tempat-tempat lain, walaupun kelihatannya "ada hubungan" yang erat dengan legori Philo. Hal ini tidaklah menyatakan bahwa penulis-penulis Perjanjian Baru ini langsung tergantung kepada Phiilo. 




No comments:

Post a Comment